Nusa Gede/Nusa Larang

Diposting oleh Dina Panjalu Senin, 14 September 2009

Tepat ditengah-tengah Situ Lengkong Panjalu terdapat pulau kecil yang oleh penduduk setempat dinamakan Nusa Gede atau Nusa Panjalu. Sebagian lainnya ada yang menyebutnya Nusalarang. Tetapi, pada zaman penjajahan Belanda, “pulau” kecil tersebut sempat dinamakan Pulau Koorders.  Masing-masing nama pulau kecil tersebut memiliki arti sendiri-sendiri. Nusa Gede artinya adalah nusa besar, kenapa disebut nusa besar karena pada awalnya (jaman dahulu) ada nusa kecil yang letaknya tidak jauh dari Nusa Gede. Begitupun dengan sebutan Nusa Larang mempunyai makna nusa terlarang/keramat dimana di kawasan pulau tersebut terdapat pantangan-pantangan yang harus ditaati dan jika tidak akan berdampak buruk bagi yang bersangkutan. Sedangkan sebutan Pulau Koorders adalah dimaksudkan sebagai penghargaan kepada Dr Koorders yang merupakan pendiri dan sekaligus ketua pertama Nederlandsch Indische Vereeniging tot Natuurbescherming, sebuah perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda yang didirikan tahun 1863. Dia adalah seseorang yang menaruh perhatian besar pada botani, Koorders telah memelopori pencatatan berbagai jenis pohon yang ada di Pulau Jawa. Karyanya adalah sebuah buku berjudul “Bijdragen tot de Kennis der Boomsoorten van Java” sebuah buku yang merupakan sumbangan pengetahuan tentang inventarisasi pohon-pohon yang tumbuh di Pulau Jawa.

          Nusa Gede kemudian ditetapkan sebagai Cagar Alam dengan diterbitkannya Surat Keputusan Gubernur Jendral No. 6 Tahun 1919 (Stat blat No.90) tanggal 12 Februari 1919 tentang penunjukan status Kawasan Hutan Panjalu menjadi Cagar Alam seluas 14,35 ha. Sebagai cagar alam, Nusalarang juga memiliki vegetasi hutan primer yang relatif masih utuh dan tumbuh secara alami. Diantaranya berbagai jenis flora, seperti kondang (Ficus variegata), kileho (Sauraula Sp), dan kihaji (Dysoxylum). Di bagian bawahnya tumbuh tanaman rotan (Calamus Sp), tepus (Zingiberaceae), dan langkap (Arenga). Sedangkan fauna yang hidup di pulau tersebut antara lain tupai (Calosciurus nigrittatus), burung hantu (Otus scops), dan kalong (Pteropus vampyrus).

Pada masa pemerintahan Sanghyang Borosngora istana kerajaan Panjalu dipindahkan dari Pasir Dayeuh Luhur ke Nusa Gede sehingga dengan demikian air situ lengkong sekaligus berfungsi sebagai benteng pertahanan keraton. Untuk kepentingan perhubungan dibuatlah jembatan yang disebut Cukang Padung yaitu jembatan yang dibuat dari balok-balok kayu. Disebelah barat Nusa Gede terdapat Nusa Pakel dan Hujung Winangun. Nusa Pakel tadinya merupakan taman istana tempat dipeliharanya beraneka macam buah-buahan dan taman bunga sebagai tempat rekreasi Baginda Raja. Sedangkan Hujung Winangun adalah tempat bekas kepatihan.

0 komentar

Posting Komentar

bookmark
bookmark
bookmark
bookmark
bookmark